PERAN
MANAJEMEN STRATEGI DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
A. Pendahuluan
Manajemen pendidikan yang diterapkan di
lingkungan internal sistem persekolahan hanyalah sebagian dari tanggung jawab
kepala sekolah sebagai manajer pendidikan. Para pengelola pendidikan (kepala
sekolah, kepala dinas pendidikan) sebagai eksekutif modern saat ini harus mampu
mengamati dan merespons segenap tantangan yang dimunculkan oleh lingkungan
eksternal baik yang dekat maupun yang jauh. Lingkungan eksternal dekat adalah
lingkungan yang mempunyai pengaruh langsung pada operasional lembaga
pendidikan, seperti berbagai potensi dan keadaan dalam bidang pendidikan yang
menjadi konsentrasi usaha sekolah itu sendiri, situasi persaingan, situasi
pelanggan pendidikan, dan pengguna lulusan. Kesemuanya berpengaruh pada
penentuan strategi yang diperkirakan mendukung sekolah mencapai tujuannya.
Lingkungan eksternal yang jauh adalah berbagai kekuatan dan kondisi yang muncul
di luar lingkungan eksternal yang dekat meliputi keadaan sosial ekonomi,
politik, keamanan nasional, perkembangan teknologi, dan tantangan global. Secara
tidak langsung berpengaruh terhadap penyelenggaraan sistem pendidikan di suatu
sekolah.
Faktor lingkungan internal dan eksternal
perlu diantisipasi, dipantau, dinilai, dan disertakan sedemikian rupa ke dalam
proses pengambilan keputusan eksekutif. Para pengambil keputusan, termasuk di
dalamnya kepala sekolah maupun pengelola pendidikan lainnya seringkali terpaksa
mengalahkan tuntutan kegiatan interen dan eksteren lembaga pendidikan demi
melayani bermacam kepentingan seperti urusan rutin, dinas, bekerja harus selalu
di bawah petunjuk atau pedoman kerja yang ditetapkan oleh birokrasi tanpa
mempertimbangkan kebutuhan eksternal organisasi yang terus berubah, sehingga
proses pengambilan keputusan seringkali tidak maksimal dalam menghasilkan
keputusan-keputusan strategis. Akibatnya persoalan aktual lembaga pendidikan
yang dihadapi tidak dapat terselesaikan secara maksimal.
Pengamatan dan penilaian yang dilakukan
secara simultan terhadap lingkungan eksternal dan internal lembaga pendidikan
memungkinkan para pengelola pendidikan mampu mengidentifikasi berbagai jenis
peluang yang ada untuk dapat merumuskan dan mengimplementasikan berbagai
rencana pendidikan secara berhasil. Rancangan yang bersifat menyeluruh ini
dapat dilakukan melalui proses tindakan yang dikenal sebagai manajemen
strategik.
1. Pengertian
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas, konsep dasar manajemen strategik secara garis besar telah mulai
didiskusikan. Istilah manajemen strategi terbentuk dari dua kata yaknistrategic berasal
dari bahasa Yunani, strategia, yang berarti seni atau ilmu menjadi
seorang jenderal. Jenderal Yunani yang efektif perlu memimpin tentara,
memenangkan peperangan dan mempertahankan wilayah melindungi kota dari serangan
musuh, menghancurkan musuh.
Konteks manajemen istilah strategik
diartikan sebagai cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam
melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategik organisasi.
Rancangan ini disebut sebagai perencanaan strategik. Manajemen strategik adalah
proses formulasi dan implementasi rencana dan kegiatan yang berhubungan dengan
hal-hal vital, perpasif, dan berkesinambungan bagi suatu organisasi secara
keseluruhan. Manajemen strategi sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang
menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi)
rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi yang
memiliki tugas yaitu:
a. Merumuskan visi dan misi organisasi
meliputi rumusan umum filosofi dan tujuan,
b. Mengembangkan profil organisasi yang
mencerminkan kondisi internnya,
c. Menilai lingkungan eksternal
organisasi meliputi pesaing dan faktor kontekstual,
d. Menganalisis alternatif strategi
dengan menyesuaikan sumber daya yang dimiliki dengan lingkungan eksternal,
e. Mengidentifikasi setiap alternatif
strategi untuk menentukan strategi mana yang paling sesuai visi dan misi
organisasi,
f. Memilih seperangkat sasaran jangka
panjang dan strategi umum,
g. Mengembangkan sasaran tahunan dan
strategi jangka pendek,
h. Mengimplementasikan pilihan strategik
dengan cara mengalokasikan sumber daya anggaran yang menekankan pada kesesuaian
antara tugas, struktur, teknologi, dan sistem imbalan,
i. Mengevaluasi keberhasilan proses
strategik sebagai masukan bagi pengambilan keputusan yang akan datang.
2. Tujuan
Berdasarkan pengamalan historis di dalam
penyelenggaraan suatu organisasi, maka manfaat utama penerapan prinsip
manajemen strategi di dalam lembaga pendidikan adalah membantu lembaga
pendidikan merumuskan strategi yang lebih tepat dengan menggunakan pendekatan
sistematis, logis, dan rasional pada proses pemilihan strategi pengelolaan
pendidikan di era global yang terus mengalami perubahan. Dasar manajemen
strategi adalah menumbuhkan komitmen atau dukungan dari semua pihak (sumber
daya manusia) mengenai visi, misi lembaga pendidikan, sasaran penyelenggaraan
pendidikan, dan upaya-upaya pencapaiannya. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan
utama manajemen strategi adalah mencapai pengertian dan komitmen dari semua
eksekutif maupun pelaksana lembaga pendidikan.
Manfaat besar dari manajemen strategi
adalah memberi peluang bagi organisasi dalam pemberdayaan individual.
Pemberdayaan adalah tindakan memperkuat pengertian karyawan mengenai
efektivitas dengan mendorong dan menghargai mereka untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan dan latihan inisiatif serta imajinasi.
Penerapan manajemen strategi di dalam
penyelenggaraan sistem pendidikan memungkinkan suatu organisasi penyelenggara
pendidikan (termasuk di dalamnya sekolah dan departemen pendidikan) untuk lebih
proaktif daripada reaktif dalam membentuk masa depan lembaga pendidikan di
dunia global dewasa ini. Penerapan konsep berpikir dan bertindak strategik,
lembaga pendidikan diharapkan dapat mengawali dan mempengaruhi daripada hanya
memberi respons terhadap berbagai tuntutan dan atau aktivitas rutin dan
birokratis, namun lebih dari itu, lembaga pendidikan harus dapat berusaha keras
merencanakan kegiatan-kegiatan strategis, mengimplementasikan, dan
mengendalikan segenap operasional kelembagaan untuk mencapai tujuan strategis
yang telah dirumuskan.
B. Evolusi Konsep Manajemen
Strategi
Rencana strategis yang telah dirumuskan
oleh organisasi berisi tentang pernyataan strategi yang siap dilaksanakan dalam
rangka mencapai tujuan utama organisasi. Menjadikan organisasi strategis
merupakan proses menghasilkan strategi dan memperbaikinya sesuai dengan
keperluan.
Manajemen strategi dipandang suatu
evolusi manajemen karena dua alasan yaitu:
1. Strategi sebagai rencana besar
organisasi untuk mengatasi tantangan saat ini dan sekaligus mencapai
keberhasilan visi dan misi organisasi di masa yang akan datang,
2. Organisasi menerapkan manajemen
strategik menjawab perubahan dunia dalam rangka meningkatkan kemampuan daya
saing untuk meraih keberhasilan di masa-masa mendatang.
C. Karakteristik dan Dimensi
Manajemen Strategik
1. Karakteristik Manajemen
Strategik
Berdasarkan uraian mengenai konsep
manajemen strategik di atas disimpulkan karakteristik manajemen strategik
adalah:
a. Manajemen strategik diwujudkan dalam
bentuk perencanaan berskala besar, dalam arti mencakup kepentingan seluruh
komponen organisasi. Hasil rumusan rencana ini biasanya dituangkan dalam bentuk
rencana-rencana organisasi secara hierarkis, yakni: rencana strategis
(renstra), rencana operasional (renop), program, dan kegiatan,
b. Rencana strategik berorientasi ke
masa depan (misal 10 tahun ke atas),
c. Visi dan misi organisasi menjadi
acuan dalam penyusunan rencana strategis,
d. Adanya keterlibatan pimpinan puncak
dalam penyusunan rencana strategis,
e. Hasil rumusan rencana strategis
diimplementasikan melalui fungsi manajemen.
2. Dimensi Manajemen Strategik
Manajemen strategik memiliki dimensi
yang bersifat multidimensional, yaitu:
a. Dimensi waktu dan orientasi masa
depan. Manajemen strategi berorientasi kepada sasaran jangka panjang.
Antisipasi masa depan tersebut dirumuskan dan ditetapkan sebagai visi organisasi
yang akan diwujudkan 10 tahun atau lebih di masa depan. Durasi waktu rencana
strategik tersebut bahkan dapat berkisar antara 25-30 tahun ke atas,
b. Dimensi internal dan eksternal,
c. Dimensi pendayagunaan sumber-sumber,
d. Dimensi multibidang,
e. Pengikutsertaan manajemen puncak.
D. Komponen Utama Manajemen
Strategik
Manajemen strategik melibatkan proses
perencanaan melalui dua tahap (komponen) perencanaan, yakni:
1. Komponen perencanaan strategis
meliputi proses perumusan: visi, misi, tujuan strategik, dan strategi utama
(strategi umum),
2. Komponen perencanaan operasional
meliputi proses perumusan sasaran atau tujuan operasional, pelaksanaan fungsi
manajemen, kebijakan, jaringan kerja internal eksternal organisasi, kontrol,
dan evaluasi.
E. Konsep Visi dan Misi
Perumusan visi misi organisasi harus
dilakukan secara cermat dengan memperhatikan karakteristik rumusan visi misi
tersebut. Visi merupakan sudut pandang ke masa depan organisasi dalam
mewujudkan tujuan strategis organisasi yang berpengaruh langsung pada misinya
sekarang, dan masa yang akan datang. Sedangkan misi organisasi merupakan
keseluruhan tugas pokok yang dijabarkan, berupa kegiatan apa, yang sedang atau
segera dilaksanakan untuk suatu organisasi. Visi sebagai arah pijakan melaksanakan
kebijakan sekolah dikomunikasikan kepada stakeholders.
Misi merupakan tugas sekolah untuk
mewujudkan visi lembaga yayasan dan sekolah, yang umumnya ditandai dengan kata
mewujudkan. Perumusan visi dan misi sekolah berfungsi sebagai acuan dan
mempermudah penetapan kebijakan sekolah, karena visi dan misi merupakan
gambaran atau cita-cita ke depan sekolah. Visi dan misi sebagai arah pijakan
melaksanakan kebijakan sekolah.
F. Manajemen Strategik sebagai
Proses
Manajemen strategi sebagai proses
terdiri dari tiga tahap pokok yaitu perumusan strategi, implementasi strategi,
dan pengendalian (evaluasi) strategi.
1. Perumusan Strategi
Tahap perumusan strategi perencana
eksekutif merumuskan visi misi organisasi, pembuatan profil organisasi,
mengenali peluang dan ancaman eksternal organisasi, menganalisis alternatif
strategi, menetapkan sasaran jangka panjang, dan memilih strategi induk. Alat
manajemen yang potensial untuk membantu analisis peluang dan ancaman tersebut
dapat menggunakan teknik analisis SWOT (strength, weakness,
opportunity, dan threat).
2. Implementasi Strategi
Tahap implementasi pimpinan melakukan
perumusan strategi operasional, menetapkan sasaran tahunan atau jangka pendek,
kebijakan, motivasi dan pemberdayaan sumber-sumber yang tersedia untuk merealisasikan
rencana strategis, dan melembagakan strategi.
3. Pengendalian dan Evaluasi
Tahap pengendalian dan evaluasi pimpinan
melakukan pengawasan dalam rangka mendorong kelancaran pelaksanaan
kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan. Pimpinan juga perlu mengetahui atau
memonitor kemajuan kegiatan yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil
monitoring itu, jika diperlukan maka semua strategi yang telah diterapkan dapat
dimodifikasi di masa depan karena faktor-faktor eksternal dan internal selalu
berubah. Tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi yaitu a)
meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi
sekarang, b) mengukur prestasi, dan c) mengambil tindakan korektif.
Posisi formulasi dan implementasi dalam
manajemen strategik terdapat pada Gambar 1.
Gambar 1 Posisi Formulasi dan Implementasi dalam Manajemen Strategik
Selanjutnya proses formulasi strategik
dapat ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2 mengilustrasikan proses keutuhan yang
disederhanakan untuk memudahkan pemahaman. Terdapat lima langkah pokok
formulasi strategi, yaitu 1) perumusan misi, 2) asesmen lingkungan eksternal,
3) asesmen organisasi, 4) perumusan tujuan khusus, dan 5) penentuan strategi.
Gambar 2 Proses Formulasi Strategik
Berdasarkan Gambar 1 dan Gambar 2
disimpulkan bahwa analisis lingkungan terdiri dari dua unsur, yaitu analisis
eksternal dan analisis internal (analisis organisasi). Analisis lingkungan
eksternal meliputi identifikasi dan evaluasi aspek-aspek sosial, budaya,
politis, teknologi, dan kecenderungan yang mungkin berpengaruh pada organisasi.
Kecenderungan ini merupakan sejumlah faktor yang sukar diramalkan (unpredictable)
atau memiliki derajat ketidakpastian (degree of uncertainly) tinggi.
Hasil dari analisis lingkungan eksternal adalah sejumlah peluang yang harus
dimanfaatkan oleh organisasi (opportunities) dan ancaman yang harus
dicegah (threats). Analisis lingkungan internal dari penentu persepsi
yang realistis atas segala kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses)
yang dimiliki organisasi. Suatu organisasi harus mengambil manfaat dari
kekuatannya dan berusaha untuk mengatasi kelemahannya. Analisis organisasi
dapat membantu organisasi sekolah dalam pengalokasian sumber daya yang lebih
efektif. Analisis lingkungan eksternal dan internal ini lazim disebut analisis
SWOT.
Analisis SWOT dapat dilakukan dengan
membuat matrik SWOT. Matrik ini terdiri dari sel-sel daftar kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman. Strategi SO menggunakan kekuatan dan
memanfaatkan peluang. Strategi WO memperbaiki kelemahan dan mengambil manfaat dari
peluang. Strategi ST menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman. Strategi WT
mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman. Secara lebih rinci terlihat pada
Gambar 3.
Gambar 3 Matrik Analisis SWOT
G. Hierarki Strategi
Penerapan konsep manajemen strategi di
lingkungan organisasi nonprofit seperti lembaga kependidikan dapat digolongkan
ke dalam tiga tingkatan, yakni:
1. Strategi korporasi atau level
organisasi Depdiknas,
2. Strategi bisnis atau level Direktorat
terkait di lingkungan Depdiknas,
3. Strategi fungsional di jajaran
bidang, seksi-seksi, dan sekolah-sekolah.
Secara sederhana hierarki tersebut dapat
digambarkan dalam Gambar 4.
Gambar 4 Hierarki Manajemen Strategik Pendidikan
Berdasarkan Gambar 4 disimpulkan
ciri-ciri keputusan strategi pendidikan pada berbagai tingkatan tersebut
dijelaskan pada Tabel 1.
Tabel 1 Ciri-Ciri Keputusan Strategi
Pendidikan
Strategi tingkat korporasi disusun pada
tingkatan tertinggi dalam suatu organisasi (organisasi induk), membahas tentang
pilihan rencana strategis, pengalokasian sumber daya. Level korporasi seorang
pemimpin organisasi mengoordinasi aktivitas tiap unit kerja yang terpisah
secara struktural. Usaha mengembangkan dan mempertahankan kompetensi inti (core
competence) pada tingkat korporasi cenderung lebih luas dan umum misalnya
keuangan, sumber daya, dan efektivitas organisasi. Sinergi merupakan keunggulan
kompetitif utama bagi lembaga pendidikan dimana kegiatan saling berkaitan dan
memberikan kekuatan pada kegiatan lain dengan melakukan koordinasi dengan antar
personalia.
Strategi tingkat bisnis memfokuskan pada
cara sekolah dapat bersaing dengan sekolah lain sehingga dapat menjadi daya
pendorong untuk terus meningkatkan mutu. Isu utama yang dikaji pada tingkat
bisnis adalah cara mencapai dan mempertahankan keunggulan kompetitif dan
menganalisa kompetensi yang dapat memenuhi kebutuhan organisasi. Sekolah
mengembangkan suatu bagian organisasi sekolah dapat berupa tim kerja yang
menganalisa dan mengembangkan manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
sehingga sekolah mengetahui aspek yang diinginkan layanan oleh masyarakat
sebagai pedoman dan bahan pertimbangan sekolah untuk menerapkan rencana
strategis.
Strategi tingkat fungsional mempunyai
ruang lingkup yang lebih sempit dari strategi bisnis. Strategi fungsional
berhubungan dengan aktivitas bidang fungsional seperti strategi keuangan
sekolah. Kepala sekolah mendelegasikan pengembangan strategi fungsional kepada
para wakil kepala sekolah, seperti kegiatan promosi sekolah. Sekolah
menganalisa keunggulan sekolah yang nantinya dikembangkan menjadi pedoman dalam
arah kebijakan sekolah.
H. Kesalahan dalam Proses
Manajemen Strategik
Manajemen strategik pada saat sedang
dipraktikkan, terdapat dua kategori penting kesalahan-kesalahan dapat terjadi.
Kategori yang pertama mencakup kesalahan-kesalahan yang ditimbulkan dari cara
bagaimana strategi itu digunakan. Beberapa kesalahan pada kategori pertama ini
dapat dihindari dan berasal dari kesalahan pemahaman proses strategi. Kategori
kedua mencakup kesalahan-kesalahan yang diakibatkan dari ketidakpastian yang
mesti terjadi berhubungan dengan proses strategi.
Kesalahan yang berhubungan dengan
penggunaan strategi terdiri dari beberapa hal yaitu 1) ketidakmampuan berpikir
secara strategis, 2) ketidaktepatan penggunaan pada tingkatan manajemen, 3)
terlalu menekankan pada bentuk dan prosedur, 4) terpisah dari lingkungan, 5)
cukup untuk mencapai waktu jangka pendek, dan 6) ketidaktepatan penggunaan
sumber daya.
Kesalahan selanjutnya adalah
ketidakmampuan memprediksi perubahan atau masalah lingkungan eksternal yang
dapat berupa 1) perkembangan inovasi produk jasa baru, 2) perubahan peraturan
pemerintah, 3) perubahan iklim, 4) kekurangan dan kelangkaan bahan baku, 5)
perubahan preferensi dan selera konsumen, dan 6) kehadiran pesaing baru atau
perubahan kemampuan untuk bersaing.
I. Penutup
Pengamatan dan penilaian yang dilakukan
secara simultan terhadap lingkungan eksternal dan internal lembaga pendidikan
memungkinkan para pengelola pendidikan mampu mengidentifikasi berbagai jenis
peluang untuk merumuskan dan mengimplementasikan rencana pendidikan. Rancangan
yang bersifat menyeluruh dapat dilakukan melalui proses tindakan yang dikenal
sebagai manajemen strategik.
Manajemen strategik adalah proses
formulasi dan implementasi rencana dan kegiatan yang berhubungan dengan hal
vital dan berkesinambungan bagi suatu organisasi. Konsep manajemen strategik
digunakan di dunia pendidikan untuk lebih mengefektifkan pengalokasian sumber
daya yang ada dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Salah satu caranya adalah
dengan menggunakan teknik analisis SWOT.
DAFTAR PUSTAKA
Fidler, B. 2002. Strategic
Management for School Development. London: Paul Chapman Publishing.
Hussey, D. 1998. Strategic
Management From Theory to Implementation. Oxford: Butterworth-Heinemann