BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada
dasarnya, setiap ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek material dan objek
formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan,
seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran.
Filsafat
sebagai proses berpikir yang sistematis dan rasional juga memiliki objek
material dan objek formal. Objek material filsafat adalah segala yang ada.
Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak.
Objek
material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada
dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun objek formal,dan rasional
adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang
ada. Setelah berjalan beberapa lama kajian yang terkait dengan hal yang empiris
semakin bercabang dan berkembang, sehingga menimbulkan spesialisasi dan
menampakkan kegunaan yang praktis. Inilah proses terbentuknya ilmu secara
berkesinambungan. Maka seiring dengan berkembangnya zaman, makin berkembanglah
ilmu-ilmu pengetahuan yang ada.
Kemajuan pesat ilmu
pengetahuan yang dicapai manusia pada ujung pertengahan kedua abad ke-20,
memungkinkan arus informasi menjadi serba cepat: apa dan oleh siapa dari
seluruh muka bumi (bahkan sebagian jagat raya) - menembus ke seluruh lapisan
masyarakat dengan bebas tanpa membedakan siapa dia si penerima. Tanpa mengenal
batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor lainnya
yang dapat menghambat bertukar pikiran. Pengaruh
perkembangan ilmu pengetahuan terhadap pola kemasyarakatan alienasi adalah suatu kondisi psikologis seorang individu yang
dinafasi oleh kesadaran semu (tentang misteri keabadian termasuk Tuhan),
keberadaan, dan dirinya sendiri sebagai individu serta komunitas.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat dan
cenderung meniru budaya barat bisa jadi menciptakan sebuah alienasi
budaya.Orang merasa asing dengan budayanya sendiri. Kaum muda tidak lagi at
home dengan kebudayaan yang telah membentuk identitas sosialnya. Kemajuan-kemajuan
memungkinkan banyaknya pilihan (multiple options) dan membuka kesempatan
tumbuhnya materialisme dan rasionalisme dengan luar biasa. Tuntutan hidup
begitu tinggi. Kemakmuran yang dicapai tidak terkendali, gaya hidup menjadi
konsumtif dan hedonistik. Manusia pribadi yang menjadi begitu sibuk untuk
mempertahankan hidup menyuburkan sosok individualistik. Kaya dan sukses dari
segi materi jadi satu-satunya tujuan hidup. Persaingan demikian ketat, sehingga
penghargaan manusia terhadap waktu mencapai titik tertinggi dibandingkan masa
sebelumnya. Yang tersisa hanya wajah kehidupan tidak manusiawi dimana bahaya
masa depan ialah manusia menjadi robot karena terjadi alienasi diri. Ini merupakan
pengaruh negatif dari kemjuan ilmu jika tidak di dasari dengan akhlak, norma,
moral dan landasan agama yang ada. Jangan sampai perkembangan ilmu
menjadikan manusia sebagai objek,
menyeret dan memaksanya pada model kehidupan yang menyimpang.
Tidak dapat kita pungkiri bahwa perkembangan peradaban
manusia yang ada pada saat ini merupakan bentuk desakan dari pengaruh
berkembangnya aspek-aspek kehidupan di masa lalu. Manusia dengan alam pikirannya
selalu melahirkan inovasi baru yang pada akhirnya memberikan efek saling tular
serta membentuk sikap tertentu pada lingkungannya. Fenomena ini akan membawa
kita kepada masa depan manusia yang berbeda dan lebih kompleks. Prediksi pada
ilmuwan Barat yang menyatakan bahwa agama formal (organized religion) akan
lenyap, atau setidaknya akan menjadi urusan pribadi, ketika iptek dan filsafat
semakin berkembang, ternyata tidak terbukti. Sebaliknya, dewasa ini sedang
terjadi proses artikulasi peran agama (formal) dalam berbagai jalur sosial,
politik, ekonomi, bahkan dalam teknologi. Manusia yang berpikir filsafati,
diharapkan bisa memahami filosofi kehidupan, mendalami unsur-unsur pokok dari
ilmu yang ditekuninya secara menyeluruh sehingga lebih arif dalam memahami
sumber, hakikat dan tujuan dari ilmu yang ditekuninya, termasuk pemanfaatannya
bagi masyarakat.
B. Maksud dan
Tujuan
Maksud dari penyusunan makalah ini
adalah sebagai tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu. Yang juga sekaligus sebagai
bahan diskusi bersama dalam proses pembelajaran. Adapun judul yang diangkat
dalam makalah ini yaitu “Tantangan Dan Masa Depan Ilmu”.
Tujuan dalam penyusunan makalah ini
yaitu untuk membantu para mahasiswa kedepan agar dapat dijadikan sebagai
pengetahuan dan masukan tentang bagaimana, apa pengertian, serta konteks yang
berhubungan dengan tantangan dan masa depan ilmu.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis
akan membatasi permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana Kemajuan Ilmu dan Krisis
Kemanusiaan ?
2. Apa Hubungan Antara Agama, Ilmu dan Masa
Depan Manusia ?
Dalam Makalah ini akan membahas :
1. Kemajuan Ilmu dan Krisis Kemanusiaan
2. Agama, Ilmu dan Masa Depan Manusia
BAB II
TANTANGAN DAN MASA
DEPAN ILMU
A. KEMAJUAN ILMU DAN KRISIS
KEMANUSIAAN
1. Pengertian Ilmu
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab
“Alima-ya’lamu, dan science dari bahasa Latin Scio, scrie artinya to know.
Sinonim yang paling akurat dalam bahasa Yunani adalah epitisteme. Sedangkan
secara terminology ilmu atau science adalah semacam pengetahuan yang mempunyai
cirri-ciri, tanda-tanda dan syarat-syarat tertentu. Menurut ensiklopedia
pengertian ilmu adalah “Ilmu pengetahuan yaitu suatu system dari pelbagai
pengetahuan yang masing-masing mengenai suatu lapangan pengetahuan tertentu,
yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu, sehingga menjadi
kesatuan suatu system dari pelbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan
sebagai hasil pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode
tertentu.
Adapun beberapa definisi ilmu
menurut para ahli seperti yang dikutip oleh Bakhtiar tahun 2005
diantaranya adalah : Pengertian kata “ilmu” secara bahasa adalah pengetahuan
tentang sesuatu yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu,
yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang itu.
- Mohamad Hatta,
mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum
kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut
kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.
- Ralph Ross dan
Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan
sistematik, dan ke empatnya serentak.
- Karl Pearson,
mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten
tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.
- Ashley Montagu,
menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang
berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip
tentang hal yang sedang dikaji.
- Harsojo
menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan
suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu
dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya
dapat diamati oleh panca indera manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan
sebagai suatu cara menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk
menyatakan suatu proposisi dalam bentuk : “ jika …. maka “.
- Afanasyef,
menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia
mencerminkan alam dan konsep-konsep, katagori dan hukum-hukum, yang
ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.
Ciri-ciri
utama ilmu secara terminologi
adalah:
1) Ilmu
adalah pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur dan
dibuktikan.
2) Koherensi
sistematik ilmu.
3) Tidak
memerlukan kepastian lengkap.
4) Bersifat
objektif.
5) Adanya
metodologi.
6) Ilmu
bersumber didalam kesatuan objeknya
2. Pengertian Krisis
kemanusiaan
Krisis
adalah suatu keadaan dimana terjadinya peralihan dari keadaan lama menuju
keadaan baru yang belum pasti. Misalnya, metode lama telah ditinggalkan, tetapi
metode baru belum sepenuhnya dapat digunakan, sehingga yang terjadi adalah
kebingungan, karena belum adanya metodologi baru yang memadai.
Krisis
kemanusiaan merupakan suatu peristiwa atau runtutan peristiwa ancaman kritis
terhadap kesehatan, keamanan, dan keberadaan atau eksistensi suatu komunitas
atau suatu kelompok besar dalam suatu wilayah luas.
Suatu kenyataan yang tampak jelas
dalam dunia modern yang telah maju ini, ialah adanya kontradiksi-kontradiksi
yang mengganggu kebahagiaan orang dalam hidup. Kemajuan industri telah dapat
menghasilkan alat-alat yang memudahkan hidup, memberikan kesenangan dalam
hidup, sehingga kebutuhan-kebutuhan jasmani tidak sukar lagi untuk memenuhinya.
Seharusnya kondisi dan hasil kemajuan itu membawa kebahagiaan yang lebih banyak
kepada manusia dalam hidupnya. Akan tetapi suatu kenyataan yang menyedihkan
ialah bahwa kebahagiaan itu ternyata semakin jauh, hidup semakin sukar dan
kesukaran-kesukaran material berganti dengan kesukaran mental. Beban jiwa
semakin berat, kegelisahan dan ketegangan serta tekanan perasaan lebih sering
terasa dan lebih menekan sehingga mengurangi kebahagiaan.
Masyarakat modern telah berhasil
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai
masalah hidupnya, namun pada sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut
tidak mampu menumbuhkan moralitas (ahlak) yang mulia. Dunia modern saat ini,
termasuk di indonesia ditandai oleh gejalah kemerosotan akhlak yang benar-benar
berada pada taraf yang menghawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong
menolong dan kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan,
penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Untuk memahami gerak
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian itu, maka kehadiran
filsafat ilmu berusaha mengembalikan ruh dan tujuan luhur ilmu agar ilmu tidak
menjadi bomerang bagi kehidupan umat manusia.
Dalam masyarakat beragama, ilmu
adalah bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan karena sumber
ilmu yang hakiki adalah dari Tuhan. Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling
tinggi derajatnya dibandingkan dengan mahluk yang lain, karena manusia diberi
daya berfikir, daya berfikir inilah yang menemukan teori-teori ilmiah dan
teknologi. Pada waktu yang bersamaan, daya pikir tersebut menjadi bagian yang
tak dapat dipisahkan dari keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan. Sehingga dia
tidak hanya bertanggung jawab kepada sesama manusia, tetapi juga kepada
pencipta-Nya.
Ilmu merupakan cabang pengetahuan
yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak
membedakan antara ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial, namun karena
permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu ini
sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Pembagian
ini lebih merupakan pembatasan masing-masing bidang yang ditelaah, yakni
ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, dan tidak mencirikan cabang filsafat yang
otonom. Ilmu memang berbeda dengan pengetahuan-pengetahuan secara filsafat,
namun tidak terdapat perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan
ilmu-ilmu sosial, di mana keduanya mempunyai ciri-ciri yang sama.
Pertama, filsafat ilmu ingin
menjawab pertanyaan laandasan ontologis ilmu; obyek apa yang ditelaah?
Bagaimana korelasi antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti
berfikir, merasa dan mengindera) yang menghasilkan ilmu? Dari
landasan ontologis ini adalah dasar untuk mengklasifikasi pengetahuan dan
sekaligus bidang-bidang ilmu. Noeng Muhadjir dalam bukunya flsafat ilmu mengatakan,
ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan
tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan
pemikiran semesta universal. Ontologi berusaha mencari inti yang termuat dalam
setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus, menjelaskan yang ada yang
meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.
Menurut Jujun S. Suriasumantri dalam
Pengantar Ilmu dalam Perspektif mengatakan, ontologi membahas apa yang ingin
kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain, suatu
pengkajian mengenai teori tentang ada. Tiang penyangga yang kedua adalah
Epistimologi ilmu atau teori pengetahuan. Ini merupakan cabang filsafat
yang berurusan dengan hakekat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian,
dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai
pengetahuan yang dimiliki.
Dengan demikian adanya perubahan
pandangan tentang ilmu pengetahuan mempunyai peran penting dalam membentuk
peradaban dan kebudayaan manusia, dan dengan itu pula tampaknya, muncul semacam
kecenderungan yang terjalin pada jantung setiap ilmu pengetahuan dan juga para
ilmuwan untuk lebih berinovasi untuk penemuan dan perumusan berikutnya.
Kecenderungan yang lain ialah adanya
hasrat untuk selalu menerapkan apa yang dihasilkan ilmu pengetahuan, baik dalam
dunia teknik mikro maupun makro. Dengan demikian tampaklah bahwa semakin maju
pengetahuan, semakin meningkat keinginan manusia, sampai memaksa, merajalela,
dan bahkan membabi buta. Akibatnya ilmu pengetahuan dan hasilnya tidak
manusiawi lagi, bahkan cenderung memperbudak manusia sendiri yang telah
merencanakan dan menghasilkannya. Kecenderungan yang kedua inilah yang lebih
mengerikan dari yang pertama, namun tidak dapat dilepaskan dari kecenderungan
yang pertama.
Kedua kecenderungan ini secara nyata
paling menampakkan diri dan paling mengancam keamanan dan kehidupan manusia,
dewasa ini dalam bidang lomba persenjataan, kemajuan dalam memakai serta
menghabiskan banyak kekayaan bumi yang tidak dapat diperbaharui kembali,
kemajuan dalam bidang kedokteran yang telah mengubah batas-batas paling pribadi
dalam hidup manusia dan perkembangan ekonomi yang mengakibatkan melebarnya
jurang kaya dan miskin. Ilmu pengetahuan dan teknologi akhirnya mau tak mau
mempunyai kaitan langsung ataupun tidak, dengan setruktur sosial dan politik
yang pada gilirannya berkaitan dengan jutaan manusia yang kelaparan,
kemiskinan, dan berbagai macam ketimpangan yang justru menjadi pandangan yang
menyolok di tengah keyakinan manusia akan keampuhan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk menghapus penderitaan manusia.
Kedua kecenderungan di atas yang
ternyata condong menjadi lingkaran setan ini perlu dibelokkan manusia sendiri
sehingga tidak menimbulkan ancaman lagi. Kesadaran akan hal ini sudah muncul
dalam banyak lingkungan ilmuwan yang prihatin akan perkembangan teknik,
industri, dan persenjataan yang membahayakan masa depan kehidupan umat manusia
dan bumi kita. Untuk itulah maka epistimologi ilmu bertugas menjawab
pertanyaan; bagaimana proses pengetahuan yang masih berserakan dan tidak
teratur itu menjadi ilmu? Bagaimana prosedur dan mekanismenya?
Tiang penyangga filsafat ilmu yang
ketiga adalah aksiologi ilmu; Ilmu adalah sesuatu yang paling penting bagi
manusia, karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa
terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Dan merupakan kenyataan yang
tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berhutang pada ilmu. Ilmu
telah banyak mengubah wajah dunia seperti hal memberantas penyakit, kelaparan,
kemiskinan dan berbagai wajah kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan
ilmu juga, manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi,
pemukiman, pendidikan, komonikasi, dan lain sebagainya. Singkatnya ilmu
merupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.
Kemudian timbul pertanyaan, apakah
ilmu selalu merupakan berkah dan penyelamat bagi manusia? Dan memang sudah
terbukti, dengan kemajuan ilmu pengetahuan, manusia dapat menciptakan berbagai
bentuk teknologi. Misalnya pembuatan bom yang pada awalnya untuk memudahkan
kerja manusia, namun kemudian dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif
yang menimbulkan malapetaka bagi manusia itu sendiri. Di sinilah ilmu harus
diletakkan secara proposional dan memihak pada nilai-nilai kebaikan dan
kemanusiaan. Sebab, jika ilmu tidak berpihak kepada nilai-nilai, maka yang
terjadi adalah bencana dan malapetaka.
Setiap ilmu pengetahuan akan
menghasilkan teknologi yang kemudian akan diterapkan pada masyarakat. Proses
ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang benar-benar dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat tentu tidak terlepas dari siilmuwannya. Seorang ilmuwan akan
dihadapkan pada kepentingan-kepentingan pribadi ataukah kepentingan masyarakat
akan membawa pada persoalan etika keilmuan serta masalah bebas nilai. Untuk
itulah tanggungjawab seorang ilmuwan haruslah dipupuk dan berada pada tempat
yang tepat, tanggung jawab akademis, dan tanggung jawab moral.
B. AGAMA, ILMU DAN MASA DEPAN MANUSIA
1. Pengertian Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga
disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan
kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Kata “agama”
berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti “tradisi”. Sedangkan kata
lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin
religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”.
Maksudnya dengan berReligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan
(wikipedia.com).
Untuk memberikan batasan tentang
makna agama memang agak sulit dan sangat subyektif. Karena pandangan orang
terhadap agama berbeda-beda. Ada yang memandangnya sebagai suatu institusi yang
diwahyukan oleh Tuhan kepada orang yang dipilihnya sebagai nabi atau rasulnya,
dengan ketentuan-ketentuan yang telah pasti. Ada yang memandangnya sebagai
hasil kebudayaan, hasil pemikiran manusia, dan ada pula yang memandangnya
sebagai hasil dari pemikiran orang orang yang jenius, tetapi ada pula yang
menganggapnya sebagai hasil lamunan, fantasi, ilustrasi (Syafa’at,1965).
Menurut sejarah, agama tumbuh
bersamaan dengan berkembangnya kebutuhan manusia. Salah satu dari kebutuhan itu
adalah kepentingan manusia dalam memenuhi hajat rohani yang bersifat spritual,
yakni sesuatu yang dianggap mampu memberi motivasi semangat dan dorongan dalam
kehidupan manusia. Oleh karena itu, unsur rohani yang dapat memberikan spirit
dicari dan dikejar sampai akhirnya mereka menemukan suatu zat yang dianggap
suci, memiliki kekuatan, maha tinggi dan maha kuasa. Sesuai dengan taraf
perkembangan cara berpikir mereka, manusia mulai menemukan apa yang dianggapnya
sebagai Tuhan.
Dapatlah dimengerti bahwa hakikat
agama merupakan fitrah naluriah manusia yang tumbuh dan bekembang dari dalam
dirinya dan pada akhirnya mendapat pemupukan dari lingkungan alam sekitarnya.
Ada yang menganggap bahwa agama di dalam banyak aspeknya mempunyai persamaan
dengan ilmu kebatinan. Yang dimaksud ilmu agama di sini pada umumnya adalah
agama-agama yang bersifat universal. Artinya para pengikutnya terdapat dalam
masyarakat yang luas yang hidup di berbagai daerah (Thalhas, 2006). Di samping
itu ajarannya sudah tetap dan ditetapkan (established) di dalam kaedahnya atau
ketetapannya dan semuanya hanya dapat berubah di dalam interpretasinya saja.
Agama mengajarkan para penganutnya untuk mengatur hidupnya agar dapat memberi
kebahagiaan di dunia dan akhirat baik kepada dirinya sendiri maupun kepada
masyarakat di sekitarnya. Selain itu agama juga memberikan ajaran untuk membuka
jalan yang menuju kepada al-Khaliq, Tuhan yang Maha Esa ketika manusia telah
mati.
Ajaran agama yang universal
mengandung kebenaran yang tidak dapat dirubah meskipun masyarakat yang telah
menerima itu berubah dalam struktur dan cara berfikirnya. Maksud di sini adalah
bahwa ajaran agama itu dapat dijadikan pedoman hidup, bahkan dapat dijadikan
dasar moral dan norma-norma untuk menyusun masyarakat, baik masyarakat itu
bersifat industrial minded, agraris, buta aksara, maupun cerdik pandai
(cendikiawan). Karena ajaran agama itu universal dan telah estabilished, maka
agama itu dapat dijadikan pedoman yang kuat bagi masyarakat baik di waktu
kehidupan yang tenang maupun dalam waktu yang bergolak. Selain itu, agama juga
menjadi dasar struktur masyarakat dan member pedoman untuk mengatur
kehidupannya.
2. Pengertian
Masa Depan
- Menurut tinjauan istilah masa depan ialah suatu masa atau
kondisi yang berada di depan manusia, akan tetapi kondisi tersebut biasanya
digunakan untuk waktu yang panjang, mungkin juga tidak terbatas dan
kadang-kadang masih bersifat abstrak. Masa depan untuk jangka pendek biasanya
digunakan istilah besok, besok lusa, bulan depan atau tahun depan.
- Menurut berbagai contoh yang banyak kami temukan pada masyarakat
tertentu, istilah masa depan ini banyak dipergunakn pada kondisi tertentu.
Misalnya orang tua yang menyarankan anaknya untuk memperhatikan masa depannya,
masa depan di sini berorientasi kepada persiapan diri untuk memasuki
kehidupan rumah tangga agar supaya mereka tidak mengalami kesulitan. Pengertian
masa depan ini bergeser kembali ketika diletakkan atau digunakan pada
orang-orang yang sudah berkeluarga. Masa depan diartikan kepada masa tua,
sehingga anjuran tersebut menyarankan agar mempersiapkan diri untuk menghadapi
masa tua yang cukup menyulitkan bagi manusia, sehingga tidak sedikit manusia
yang melakukan pendidikan terhadap anak-anaknya agar supaya kelak dapat
dijadikan tempat bergantung dan tidak banyak menimbulkan kesulitan bagi
dirinya. Dipersiapkan rumah tangga, tempat tinggal yang cocok ,dan kondisi
ketuaan, demikian seterusnya.
- Pengertian masa depan ini bergeser lagi ketika digunakan kepada
para orang yang sudah memasuki masa tua, orientasinya sekarang kepada masa
kehidupan setelah kematian, sehingga mereka lebih mengkonsentrasikan diri pada
aktifitas ibadah sebagai bekal akhirat.
- Menurut pendapat penulis, masa depan ialah masa yang paling depan,
setelah itu sudah tidak ada masa lagi di depannya. Kalau masa depan diartikan
dengan masa rumah tangga bagi generasi muda atau masa tua bagi orang yang sudah
memasuki kehidupan keluarga, berarti masa itu bukan masa depan karena di
depannya masih ada masa lagi. Sedangkan masalah keadaan masa depan, di mana harus diperlukan persiapan khusus, menurut pendapat penulis, masa tersebut sangat rawan sekali,
yang banyak memungkinkan bencana-bencana besar bagi siapa yang memasukinya apabila tidak memiliki persiapan dengan baik.
Apabila
masa depan diartikan secara salah, seperti diartikan masa rumah tangga, atau
masa tua, maka persiapan seseorang akan dikonsentrasikan secara penuh kepada
hal-hal yang di atas. Akibatnya ia mungkin akan berhasil pada masa itu tetapi
akan mendapatkan kehancuran ketika ia memasuki kepada masa depan yang
sesungguhnya, karena mereka sebelumnya tidak mempersiapkan ke arah sana.
Di
dalam kondisi industrialisasi seperti sekarang ini, tidak sedikit para orang
tua dan generasi muda yang memandang kehidupan di dunia ini dipandang
sebagai masa depannya, sehingga seluruh kegiatan-kegiatan mereka mengacu pada
hal-hal yang dapat meningkatkan prestasi kehidupan duniawi, mereka tidak
segan-segan mengorbankan segala yang dimiliki untuk kesuksesan dunia. dan kami
rasa banyak sekali contoh-contoh sosial yang menggambarkan kejadian-kejadian di
atas. mari kita renungkan bersama lagi, rencana apa yang akan kita lakukan
untuk menyongsong kehidupan lebih baik di masa mendatang , dimana era
globalisasi dan perkembangan teknologi yang sangat pesat ini:)
a. Pentingnya Agama
bagi Manusia
Tidak mudah memahami pengertian
agama apabila hanya satu atau dua definisi saja. Setiap agama dan kepercayaan
mempunyai pengertiannya masing-masing. Setiap manusia harus menghargai berbagai
perbedaan pengertian dalam setiap agama dan kepercayaan tersebut. Agama dapat
dilihat sebagai kepercayaan dan pola perilaku yang dimiliki oleh manusia untuk
menangani masalah-masalah penting dan aspek-aspek alam semesta yang tidak dapat
dikendalikannya dengan teknologi maupun sistem organisasi sosial yang
dikenalnya. Pengertian agama yang lain yaitu agama sebagai seperangkat upacara
yang diberi rasionalisasi melalui mitos dan menggerakkan kekuatan-kekuatan
supranatural dengan tujuan untuk mencapai atau menghindari terjadunya perubahan
keadaan pada manusia atau alam semesta (Sare, 2007).
Agama memiliki dua fungsi sekaligus,
yaitu fungsi sosial dan fungsi psikologis. Secara psikologis, agama dapat
mengurangi kegelisahan manusia dengan memberikan penerangan tentang hal-hal
yang tidak diketahui dan tidak dimengerti olehnya di dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga lebih mudah dimengerti, misalnya tentang kematian. Selain itu, agama
juga memberi ketenangan pada manusia karena dapat memberikan sebuah harapan
bahwa ada sebuah kekuatan supranatural yang dapat menolong manusia pada saat
menghadapi bahaya atau tertimpa suatu musibah. Ditinjau secara sosial, agama
mempunyai sanksi bagi seluruh perilaku manusia yang beraneka ragam. Agama juga
menanamkan pengertian tentang kebaikan dan kejahatan dengan memberikan semacam
pedoman tentang perilaku hidup dan berinteraksi. Dalam hal ini, agama dapat
dikatakan sebagai pemelihara ketertiban sosial. Selain itu, agama juga sebagai
alat yang efektif untuk meneruskan tradisi lisan dalam sebuah masyarakat (Sare,
2007).
Dilihat dari pengertian pentingnya
agama bagi manusia, terdapat dua konsep mendasar agama bagi kehidupan manusia,
yaitu agama dalam arti what religion does dan what is religion. Pengertian
pertama menunjuk pada apa kegunaan agama bagi kehidupan manusia, sedangkan
pengertian yang kedua menunjuk pada apa makna agama bagi manusia, yaitu sebagai
pedoman untuk bertindak di dalam menjalankan seluruh aktivitas kehidupannya
(Moesa, 2007)
b. Pentingnya Peran
Manusia Terhadap Agama
Selama ini kita banyak membicarakan
tentang peran agama dalam setiap lini kehidupan manusia. Namun apakah pernah
terpikirkan , seberapa pentingkah peran manusia bagi agama itu sendiri?
Bagi kebanyakan manusia, kerohanian
dan agama memainkan peran utama dalam kehidupan mereka. Sering dalam konteks
ini, manusia tersebut dianggap sebagai “orang manusia” terdiri dari sebuah
tubuh, pikiran, dan juga sebuah roh atau jiwa yang kadang memiliki arti lebih
daripada tubuh itu sendiri dan bahkan kematian. Seperti juga sering dikatakan
bahwa jiwa (bukan otak ragawi) adalah letak sebenarnya dari kesadaran (meski
tak ada perdebatan bahwa otak memiliki pengaruh penting terhadap kesadaran).
Keberadaan jiwa manusia tak dibuktikan ataupun ditegaskan; konsep tersebut
disetujui oleh sebagian orang dan ditolak oleh lainnya. Juga, adalah perdebatan
di antara organisasi agama mengenai benar/tidaknya hewan memiliki jiwa;
beberapa percaya mereka memilikinya, sementara lainnya percaya bahwa jiwa
semata-mata hanya milik manusia, serta ada juga yang percaya akan jiwa kelompok
yang diadakan oleh komunitas hewani dan bukanlah individu.
Menurut Feuerbach, yang disebut
Allah adalah kesadaran manusia itu sendiri. Menurut pemikiran itu maka
Feuerbach menyimpulkan bahwa agama adalah kesadaran Nan tak terbatas. Maka
agama berakar pada jati diri manusia, yang bersifat memiliki kesadaran nan tak
terbatas. Agama adalah hubungan manusia dengan jati dirinya nan tak terbatas.
Agama palsu terjadi apabila manusia memproyeksikan Nan tak terbatas tersebut
keluar dan dalam oposisi terhadap dirinya. Dengan demikian, manusia menciptakan
Allah menurut citranya sendiri, sehingga dapat dikatakan bahwa manusia jugalah
yang menciptakan agama. Manusia adalah awal, pusat , dan akhir agama. Menurut
Feuerbach, ini bukanlah ateisme, melainkan humanisme (Jacobs, 2002).
Pendapat lain mengatakan bahwa agama
merupakan produk dan alienasi dari manusia. Manusia tidak menciptakan agama,
dan agama tidak menciptakan manusia. maka agama adalah kesadaran diri dan
perasaan diri manusia (Leahy, 2008).
c. Peran Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Bagi Kehidupan Manusia
Perkembangan sejarah manusia selalu
diwarnai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang melingkupinya.
Hal ini tentunya berbanding lurus dengan upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari. Teknologi adalah sarana yang digunakan manusia untuk
memenuhi kebutuhannya. Seiring dengan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan turunannya yang berbentuk
teknologi ini, meluas bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan manusia secara
sempit. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mendorong manusia
mendayagunakan sumber daya alam lebih efektif dan efisien. Pemanfaatan
teknologi meluas pada upaya penghapusan kemiskinan, penghapusan jam kerja yang
berlebihan, penciptaan kesempatan untuk hidup lebih lama dengan perbaikan
kualitas kesehatan manusia, membantu upaya-upaya pengurangan kejahatan,
peningkatan kualitas pendidikan, dan sebagainya (Keraf dan Dua, 2001).
Bahkan secara lebih komprehensif,
ilmu pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan pemerintah dalam menunjang
pembangunannya. Puncaknya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan
saja membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari.Perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi dapat menaikkan kualitas
manusia dalam keterampilandan kecerdasannya untuk meningkatkan kemakmuran serta
inteligensimanusia.Lebih jauh, ilmu pengetahuan dan teknologi berhasil
mendatangkan kemudahan hidup bagi manusia (Mas’ud dan Paryono, 1998).
d. Peran Manusia
Terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan sejarah manusia selalu
diwarnai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang melingkupinya.
Hal ini tentunya berbanding lurus dengan upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari. Dan teknologi adalah sarana yang digunakan manusia untuk
memenuhi kebutuhannya. Secara definitif, ilmu adalah pengetahuan yang membantu
manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Maka, patutlah dikatakan, bahwa
peradaban manusia sangat bergantung kepada ilmu dan teknologi. Berkat kemajuan
dalam bidang ini, pemenuhan kebutuhan manusia bisa dilakukan secara lebih cepat
dan lebih mudah (Jujun, 2003). Secara lebih spesifik, Eugene Staley menegaskan
bahwa teknologi adalah sebuah metode sistematis untuk mencapai setiap tujuan
insani (Siti, 2001).
Pada tahap selanjutnya, seiring
dengan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan turunannya yang berbentuk teknologi ini, meluas bukan hanya
untuk memenuhi kebutuhan manusia secara sempit. Pemanfaatan teknologi meluas
pada upaya penghapusan kemiskinan, penghapusan jam kerja yang berlebihan,
penciptaan kesempatan untuk hidup lebih lama dengan perbaikan kualitas
kesehatan manusia, membantu upaya-upaya pengurangan kejahatan, peningkatan
kualitas pendidikan, dan sebagainya (Sonny dkk., 2001).
Bahkan secara lebih komprehensif,
ilmu pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan pemerintah dalam menunjang
pembangunannya. Misalnya dalam perencanaan dan programing pembangunan,
organisasi pemerintah dan administrasi negara untuk pembangunan sumber-sumber
insani, dan teknik pembangunan dalam sektor pertanian, industri, dan kesehatan.
Puncaknya, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, bukan saja membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari. Lebih jauh, ilmu pengetahuan dan teknologi berhasil
mendatangkan kemudahan hidup bagi manusia. Bendungan, kalkulator, mesin cuci,
kompor gas, kulkas, OHP, slide, TV, tape recorder, telephon, komputer, satelit,
pesawat terbang, merupakan produk-produk teknologi yang, bukan saja membantu
manusia memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi membuat hidup manusia semakin mudah
(Ibnu, 1998).
Manfaat-manfaat inilah yang
mula-mula menjadi tujuan manusia mengembangkan ilmu pengetahuan hingga
menghasilkan teknologi. Mulai dari teknologi manusia purba yang paling
sederhana berupa kapak dan alat-alat sederhana lainnya. Sampai teknologi modern
saat ini, yang perkembangannya jauh lebih pesat dari perkembangan teknologi
sebelumnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini sanggup membawa berkah
bagi umat manusia berupa kemudahan-kemudahan hidup, yang sebelumnya tidak
pernah terpikirkan dalam benak manusia.
e. Hubungan Agama, Ilmu, Teknologi, dan Kebudayaan
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di satu sisi memang berdampak positif,
yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern
industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat.
Tapi di sisi lain, tidak jarang iptek berdampak negatif karena merugikan dan
membahayakan kehidupan dan martabat manusia.
Di
sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk
ditengok kembali. Dapatkah agama memberi tuntunan agar kita memperoleh dampak
iptek yang positif saja, seraya mengeliminasi dampak negatifnya semiminal
mungkin. Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak.
Apa yang dianggap benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Demikian
pula sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek akan
menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran agama dan pendalaman agama dapat
menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran ilmu pengetahuan. Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari
pola hubungan pertama. Ketika kebenaran iptek yang bertentangan dengan kebenaran
agama makin tidak dapat disangkal sementara keyakinan akan kebenaran agama
masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah menerima kebenaran keduanya
dengan anggapan bahwa masing-masing mempunyai wilayah kebenaran yang berbeda.
Pola
ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini, kebenaran ajaran
agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga tidak
saling mempengaruhi. Kendati ajaran agama tidak bertentangan dengan iptek,
ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek sama sekali.
Mendukung
ajaran agama tapi ajaran agama tidak mendukung pengembangan iptek, dan ajaran
agama mendukung pengembangan iptek dan demikian pula sebaliknya. Pola hubungan yang ke empat adalah pola
hubungan yang positif. Terjadinya pola hubungan seperti ini
mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan
serta kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori, pola hubungan ini
dapat terjadi dalam tiga wujud: ajaran agama mendukung pengembangan iptek tapi
pengembangan iptek tidak mendukung ajaran agama, pengembangan iptek.
f. Posisi Agama Dalam Pengembangan Ilmu
Masyarakat modern telah berhasil
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai
masalah hidupnya, namun pada sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut
tidak mampu menumbuhkan moralitas (ahlak) yang mulia. Dunia modern saat ini,
termasuk di indonesia ditandai oleh gejala kemerosotan akhlak yang benar-benar
berada pada taraf yang menghawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong
menolong dan kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan,
penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Untuk memahami gerak
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian itu, maka kehadiran
agama sangatlah penting. Agama menjadi salah satu faktor pendukung dan sangat
utama dalam perkembangan ilmu. Merujuk pada realita mengenai Indonesia yang
memiliki penduduk (muslim) terbesar di dunia, membuktikan bahwa posisi agama di
Indonesia sangat penting.
Dalam
masyarakat beragama (Islam), ilmu adalah bagian yang tak terpisahkan dari
nilai-nilai ketuhanan karena sumber ilmu yang hakiki adalah dari Tuhan. Manusia
adalah ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan mahluk
yang lain, karena manusia diberi daya berfikir, daya berfikir inilah yang
menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi. Pada waktu yang bersamaan, daya
pikir tersebut menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari keberadaan manusia
sebagai mahluk Tuhan. Sehingga dia tidak hanya bertanggung jawab kepada sesama
manusia, tetapi juga kepada pencipta-Nya.
Namun,
perlu juga diingat bahwa ikatan agama yang terlalu kaku dan tersetruktur kadang
kala dapat menghambat perkembangan ilmu. Karena itu, perlu kejelian dan
kecerdasan memperhatikan sisi kebebasan dalam ilmu dan sistem nilai dalam agama
agar keduanya tidak saling bertolak belakang. Disinilah perlu rumusan yang
jelas tentang ilmu secara filosofis dan akademik serta agama agar ilmu dan
teknologi tidak menjadi bagian yang lepas dari nilai-nilai agama dan
kemanusiaan serta lingkungan. Ilmu di dalam mengembangkan ilmu dan teknologi
seharusnya bermanfaat mencari keredhaan Allah. Ini hanya boleh dicapai
melalui aplikasi agama dalam ilmu dan teknologi . Maka langkah awal ialah agama
perlu diintegrasi ke dalam ilmu dan teknologi untuk memastikan ilmu dan
teknologi tidak lari dari manfaat asal kejadian manusia. Ini juga didorong oleh
faktor bahwa agama itu tidak terikat dengan ilmu dan teknologi.
Agama mengajar seseorang untuk hidup
bertujuan. Tujuan beragama adalah untuk menjamin / mendapatkan
kesejahteraan di akhirat dalam kepatuhan di dunia. Setiap amalan yang dilakukan
di dunia harus berada di atas landasan yang diridhai oleh Allah. Telah
dinyatakan dengan jelas dalam Alquran bahwa manusia adalah khalifah Allah yang
bertanggung jawab untuk memelihara dan mengatur alam ini. Justru setiap
urusan manusia harus memelihara keharmonisan dan keseimbangan alam. Jika
perkembangan ilmu dan teknologi di atas landasan ini, maka sudah tentu
perkembangan ilmu dan teknologi tidak akan merusak bumi karena setiap
perkembangan ilmu dan teknologi dirancang dengan teliti. Seandainya ini terlalu
bersifat idealistik, setidaknya ia dapat meminimalkan dampak negatif yang
timbul karena perkembangan ilmu dan teknologi tersebut, pastinya
dilakukan secara berhati-hati untuk memelihara kepentingan alam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu pengetahuan itu ialah hasil
usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu system mengenai hukum-hukum
tentang hal ikhwal yang diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh
yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang
kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimen.
Tidak dapat kita pungkiri bahwa
perkembangan peradaban manusia yang ada pada saat ini merupakan bentuk desakan
dari pengaruh berkembangnya aspek-aspek kehidupan di masa lalu. Manusia dengan
alam pikirannya selalu melahirkan inovasi baru yang pada akhirnya memberikan
efek saling tular serta membentuk sikap tertentu pada lingkungannya. Fenomena
ini akan membawa kita kepada masa depan manusia yang berbeda dan lebih
kompleks.
Prediksi pada ilmuwan Barat yang
menyatakan bahwa agama formal (organized religion) akan lenyap, atau setidaknya
akan menjadi urusan pribadi, ketika iptek dan filsafat semakin berkembang,
ternyata tidak terbukti. Sebaliknya, dewasa ini sedang terjadi proses
artikulasi peran agama (formal) dalam berbagai jalur sosial, politik, ekonomi,
bahkan dalam teknologi.
Manusia yang berpikir filsafati,
diharapkan bisa memahami filosofi kehidupan, mendalami unsur-unsur pokok dari
ilmu yang ditekuninya secara menyeluruh sehingga lebih arif dalam memahami
sumber, hakikat dan tujuan dari ilmu yang ditekuninya, termasuk pemanfaatannya
bagi masyarakat.
Mengutip sebuah kalimatnya Einstein,
bahwa agama tanpa ilmu lumpuh namun ilmu tanpa agama buta. Kebutaan moral
dari ilmu itu mungkin membawa manusia kejurang malapetaka. Jadi dalam kehidupan
ini kedua bidang itu tak usah berseberangan, bahkan sebaliknya justru harus
melengkapi satu sama lainnya. Ilmu pengetahuan dipelajari guna memperoleh
penjelasan-penjelasan dari fenomena kehidupan ini, sedangkan agama memberikan
kita akan tujuan makna atau arti kehidupan (fenomena) itu. Kemudian, ilmu itu
berusaha menganalisa kehidupan memecah-mecah kehidupan jadi berkeping-keping
memperdalam suatu masalah kehidupan ini, sedangkan agama memberikan pemahaman
tunggal (sintesa) dari keberagaman fenomena yang terpampang didepan kita.
Ilmu dan teknologi harus memberi
manfaat sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia. Artinya ilmu dan teknologi
menjadi instrumen penting dalam setiap proses pembangunan sebagai usaha untuk
mewujudkan kemaslahatan hidup manusia seluruhnya. Untuk mencapai sasaran
tersebut maka perlu dilakukan suatu upaya bahwa dalam mempelajari ilmu
pengetahuan dan menggunakan teknologi setiap individu perlu ditanamkan
nilai-nilai moral( agama), sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
memberikan manfaat bagi kehidupan manusia tersebut, tidak bebas nilai atau
sekuler. Agar perkembangan ilmu yang ada tidak menimbulkan krisis pada
kemanusiaan terutama mengenai kemerosotan agama yang mencakup nilai etika,
moral, norma yang ada, dan agar perkembangan ilmu itu sendiri dapat menjadi
manfaat bagi kehidupan dalam segala bidang.
B. Saran
Makalah
ini tidak lepas dari kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang sangat
membangun dalam penulisan makalah ini sangat penulis butuhkan.
Dengan
adanya makalah ini diharapkan kepada mahasiswa agar dapat memahami mengenai
tantangan dari perkembangan ilmu dan masa depan kita menyangkut perkembangan
ilmu tersebut . Kemudian untuk lebih maksimalnya dalam memahami tentang
pembahasan ini diharapkan kepada mahasiswa lainnya untuk mencari bahan-bahan
bacaan lain yang berkenaan dengan hal ini, Sehingga diharapkan dapat menambah
pengetahuan sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo, Sutarjo. 1983. Problematika
Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta. Kanisius
Bakhtiar A. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta. PT. Raja
Grafindo Persada
Mangunwijaya
YB. 1999. Pasca Indonesia Pasca Einstein; Eseiesei Tentang
Kebudayaan IndonesiaAbad ke-21. Yogyakarta. Kanisius
Kebudayaan IndonesiaAbad ke-21. Yogyakarta. Kanisius
http://sites.google.com/site/filsafatindonesia/Home/b/budaya/ 14 nov/ 21.36
Anonim.
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan. http://elearning.gunadarma.ac.id.
20/11/2009.
Sastrapratedja. 1980. Sari Sejarah
Filsafat Barat. Yogyakarta. Kanisius
Anonim. Cultural Relativism.
Anonim, Ethical (Moral, Cultural)
Relativism.
Muchdhor M. Krisis Kemanusiaan dan Etika Global. Sinar Harapan
26/10/2002
Daruni,EA.
1991. Hubungan Ilmu dan Kebudayaan dalam Majalah Jurnal Filsafat. Fakultas
Filsafat UGM Yogyakarta. Seri 8
Ma’arif
S. 1997. Dalam “Kata Pengantar” Buku Agama dan krisis Kemanusiaan Modern oleh
Nashir H. 1997. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Irfan
LA. 2009. Kajian Terhadap Islamizing Curicula Al- Faruqi. http://iptekita.com.
Diunduh 22/11/09.
Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996
DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo, Sutarjo. 1983. Problematika
Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta. Kanisius
Bakhtiar A. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta. PT. Raja
Grafindo Persada
Mangunwijaya
YB. 1999. Pasca Indonesia Pasca Einstein; Eseiesei Tentang
Kebudayaan IndonesiaAbad ke-21. Yogyakarta. Kanisius
Kebudayaan IndonesiaAbad ke-21. Yogyakarta. Kanisius
http://sites.google.com/site/filsafatindonesia/Home/b/budaya/ 14 nov/ 21.36
Anonim.
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan. http://elearning.gunadarma.ac.id.
20/11/2009.
Sastrapratedja. 1980. Sari
Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta. Kanisius
Anonim.
Cultural Relativism.
Anonim,
Ethical (Moral, Cultural) Relativism. http://www.owlnet.rice.edu/~spac205/February_11-2.pdf
Muchdhor
M. Krisis Kemanusiaan dan Etika Global. Sinar Harapan 26/10/2002
Daruni,EA.
1991. Hubungan Ilmu dan Kebudayaan dalam Majalah Jurnal Filsafat. Fakultas
Filsafat UGM Yogyakarta. Seri 8
Ma’arif
S. 1997. Dalam “Kata Pengantar” Buku Agama dan krisis Kemanusiaan Modern oleh
Nashir H. 1997. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Irfan
LA. 2009. Kajian Terhadap Islamizing Curicula Al- Faruqi. http://iptekita.com. Diunduh 22/11/09.
Fakhry, Majid, Etika
Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996
GOOD
BalasHapusCukup detail dan berlandaskan ilmiah
BalasHapus